JURNAL REVIEW 3
Tema : Kinerja Lembaga Keuangan
Judul : Kinerja Lembaga Keuangan Mikro bagi
Upaya Penguatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Wilayah Jabotabek
Oleh : Wardoyo dan Hendro Prabowo
A. Latar Belakang Masalah
Sungguh sebuah harapan yang ideal. Namun harus realistis dengan kenyataan bahwa LKM memiliki beban berat dengan dirinya sendiri maupun ketika berhadapan dengan lingkungan eksternal. Secara internal, LKM masih berkutat juga dengan masalah manajemen, pengembalian kredit, dan lainlain. Secara eksternal, harus berhadapan dengan berbagai kekuatan dan kepentingan agar dapat tetap survive di tengah situasi yang masih abu-abu. Mengenai ukuran suatu LKM dalam pengertian jumlah dana yang dikelola, jumlah staf, jumlah klien, dan semacamnya harus menjadi besar karena biaya operasional suatu LKM relatif besar sementara nilai kredit dan simpanan yang dilayani mikro karenanya untuk dapat survive LKM harus memiliki outreach yang besar dan ini berarti kelembagaan suatu LKM juga harus besar (Ismawan, 2002). Di sisi lain, potensi usaha mikro, kecil, menegah dan koperasi di Indonesia sangat besar mengingat jumlahnya di Indonesia diperkirakan sekitar 38 juta UMKM atau 99,8 persen dan mampu
menyerap 58 juta atau 99.6 persen tenaga kerja. (BPS, 2002). Meski hanya memanfaatkan 10% dari total uang yang beredar, tetapi telah menyumbang 49% GDP dan 15% ekspor non-migas Indonesia. Berdasarkan data-data tersebut menunjukkan betapa besar peranan usaha kecil dalam menyediakan lapangan kerja dan kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja. Dapat dikatakan pula bahwa usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan koperasi memiliki sumbangan yang besar terhadap keberlangsungan ekonomi Indonesia pada saat krisis dan pasca krisis ekonomi.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja lembaga keuangan mikro yang ada di wilayah Jabodetabek dan seberapa besar perananannya dalam mempertemukan permintaan dana penduduk miskin atas ketersediaan dana.
C. Metodologi
Data yang digunakan dalam tulisan ini bersumber dari publikasi Badan Pusat Statistik, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Bank Indonesia, Pegadaian, Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (Pinbuk) serta sumber lainnya yang terkait. Sementara alat analisis yang dipakai adalah bersifat deskriptif. Studi kepustakaan, baik yang berasal dari buku teks maupun jurnal/majalah merupakan sumber yang sangat penting.
D. Hasil Penelitian dan kesimpulan
Adanya benang merah antara permasalahan yang dialami oleh LKM dengan UMKM. Bagi UMKM, masalah akses ke bank formal yang terbatas dan permodalan dapat diatasi oleh LKM dengan cara mengakses ke lembaga keuangan internasional maupun bank formal. Sementara masalah produksi, pembukuan, dan pemasaran dapat diatasi dengan pelatihan, dimana peran LKM adalah sebagai fasilitator. Disamping itu beberapa LKM juga mencoba mencarikan pasar buat produknya. Sementara bagi LKM, masalah kekurangan tenaga pendamping dan minimnya dana pendampingan dapat diatasi dengan melakukan pelatihan terhadap LKM atau unsur lainnya. Atau dengan kata lain LKM mengatasinya dengan capacity building baik kelembagaan maupun para stafnya. Di sisi lain temuan di lapangan menyatakan bahwa meskipun berbagai upaya dalam meningkatkan kemampuan UMKM untuk survive dan berkembang selalu menghadapi kendala. Apapun yang dilakukan oleh berbagai pihak secara umum kurang memberikan hasil yang maksimal bagi perkembangan UMKM.
Berdasarkan analisis deskriptif diperoleh hasil bahwa terdapat beberapa hal yang dapat dikatakan cukup berhasil yaitu: rasio antara UMKM dan LKM, besarnya jumlah penabung, serta kemauan LKM untuk mengikuti pelatihan. Upaya-upaya yang dilakukan oleh LKM wilayah Jabodetabek tidak hanya untuk memperbaiki kinerja LKM itu sendiri tetapi juga untuk memberikan dukungan bagi UMKM. Setiap ada pelatihan yang mengarah kepada peningkatan kinerja hampir selalu diikuti oleh LKM-LKM yang ada
di wilayah Jabodetabek. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh berbagai pihak menunjukkan hasil yang kurang maksimal bagi perkembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hal ini disebabkan sikap mental dari pelaku UMKM itu sendiri.
E. Saran dan usulan lanjutan
Perlu diberikan penyuluhan lebih lanjut kepada para pelaku UMKM untuk memperbaiki kinerja LKM yang ada di Jabotabek.
Tema : Kinerja Lembaga Keuangan
Judul : Kinerja Lembaga Keuangan Mikro bagi
Upaya Penguatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Wilayah Jabotabek
Oleh : Wardoyo dan Hendro Prabowo
A. Latar Belakang Masalah
Sungguh sebuah harapan yang ideal. Namun harus realistis dengan kenyataan bahwa LKM memiliki beban berat dengan dirinya sendiri maupun ketika berhadapan dengan lingkungan eksternal. Secara internal, LKM masih berkutat juga dengan masalah manajemen, pengembalian kredit, dan lainlain. Secara eksternal, harus berhadapan dengan berbagai kekuatan dan kepentingan agar dapat tetap survive di tengah situasi yang masih abu-abu. Mengenai ukuran suatu LKM dalam pengertian jumlah dana yang dikelola, jumlah staf, jumlah klien, dan semacamnya harus menjadi besar karena biaya operasional suatu LKM relatif besar sementara nilai kredit dan simpanan yang dilayani mikro karenanya untuk dapat survive LKM harus memiliki outreach yang besar dan ini berarti kelembagaan suatu LKM juga harus besar (Ismawan, 2002). Di sisi lain, potensi usaha mikro, kecil, menegah dan koperasi di Indonesia sangat besar mengingat jumlahnya di Indonesia diperkirakan sekitar 38 juta UMKM atau 99,8 persen dan mampu
menyerap 58 juta atau 99.6 persen tenaga kerja. (BPS, 2002). Meski hanya memanfaatkan 10% dari total uang yang beredar, tetapi telah menyumbang 49% GDP dan 15% ekspor non-migas Indonesia. Berdasarkan data-data tersebut menunjukkan betapa besar peranan usaha kecil dalam menyediakan lapangan kerja dan kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja. Dapat dikatakan pula bahwa usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan koperasi memiliki sumbangan yang besar terhadap keberlangsungan ekonomi Indonesia pada saat krisis dan pasca krisis ekonomi.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja lembaga keuangan mikro yang ada di wilayah Jabodetabek dan seberapa besar perananannya dalam mempertemukan permintaan dana penduduk miskin atas ketersediaan dana.
C. Metodologi
Data yang digunakan dalam tulisan ini bersumber dari publikasi Badan Pusat Statistik, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Bank Indonesia, Pegadaian, Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (Pinbuk) serta sumber lainnya yang terkait. Sementara alat analisis yang dipakai adalah bersifat deskriptif. Studi kepustakaan, baik yang berasal dari buku teks maupun jurnal/majalah merupakan sumber yang sangat penting.
D. Hasil Penelitian dan kesimpulan
Adanya benang merah antara permasalahan yang dialami oleh LKM dengan UMKM. Bagi UMKM, masalah akses ke bank formal yang terbatas dan permodalan dapat diatasi oleh LKM dengan cara mengakses ke lembaga keuangan internasional maupun bank formal. Sementara masalah produksi, pembukuan, dan pemasaran dapat diatasi dengan pelatihan, dimana peran LKM adalah sebagai fasilitator. Disamping itu beberapa LKM juga mencoba mencarikan pasar buat produknya. Sementara bagi LKM, masalah kekurangan tenaga pendamping dan minimnya dana pendampingan dapat diatasi dengan melakukan pelatihan terhadap LKM atau unsur lainnya. Atau dengan kata lain LKM mengatasinya dengan capacity building baik kelembagaan maupun para stafnya. Di sisi lain temuan di lapangan menyatakan bahwa meskipun berbagai upaya dalam meningkatkan kemampuan UMKM untuk survive dan berkembang selalu menghadapi kendala. Apapun yang dilakukan oleh berbagai pihak secara umum kurang memberikan hasil yang maksimal bagi perkembangan UMKM.
Berdasarkan analisis deskriptif diperoleh hasil bahwa terdapat beberapa hal yang dapat dikatakan cukup berhasil yaitu: rasio antara UMKM dan LKM, besarnya jumlah penabung, serta kemauan LKM untuk mengikuti pelatihan. Upaya-upaya yang dilakukan oleh LKM wilayah Jabodetabek tidak hanya untuk memperbaiki kinerja LKM itu sendiri tetapi juga untuk memberikan dukungan bagi UMKM. Setiap ada pelatihan yang mengarah kepada peningkatan kinerja hampir selalu diikuti oleh LKM-LKM yang ada
di wilayah Jabodetabek. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh berbagai pihak menunjukkan hasil yang kurang maksimal bagi perkembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hal ini disebabkan sikap mental dari pelaku UMKM itu sendiri.
E. Saran dan usulan lanjutan
Perlu diberikan penyuluhan lebih lanjut kepada para pelaku UMKM untuk memperbaiki kinerja LKM yang ada di Jabotabek.
Comments
Post a Comment