Tengah malam tanggal 13 september, saya bersama teman-teman sma sedang mengadakan acara ngumpul-ngumpul di salah satu rumah teman. Kami memang setiap minimal sebulan sekali selalu mengadakan acara ngumpul-ngumpul, agar tali silaturahmi selalu terjaga. Mengapa waktunya malam hari, karena kebetulan bertepatan malam minggu karena keesokan harinya hari libur jadi bisa buat istirahat, namun ada juga yang esok harinya masuk kerja. Tapi itu tidak memupuskan hasrat kami untuk mengadakan acara seperti ini berulang kembali. Setelah ngobrol panjang lebar, kami niatnya mengadakan acara buka bersama. Namun setelah dipikir-pikir, banyak dari kami yang berhalangan hadir. Jadi acara tersebut dibatalkan, lalu kami melanjutkan obrolan kembali.
Yah namanya anak muda obrolannya pasti macam-macam, ngalor-ngidul dan semua topik di bahas. Tak terasa beberapa jam berlalu, kami pun merasa lapar. Kita sepakat untuk jalan-jalan sambil cari makan di luar buat sahur. Salah satu teman saya memberi ide untuk mencoba kulier ”Angkringan Nasi Kucing” di daerah Fatmawati Jakarta Selatan. Dan kebetulan memang tempatnya tidak jauh dari rumah kami. Di perjalanan kami beberapa kali bertemu dengan rombongan yang mengadakan Sahur On The Road. Setelah sampai di tujuan kami memarkir motor-motor kami, lalu mulai menduduki tempat yang di inginkan.
Sebelum memesan makanan saya terdiam sejenak, saya ingat bahwa saya memiliki tugas wawancara untuk mengetahui bagaimana penerapan manajemen sumber daya manusia di perusahaan kecil dan menengah. Lalu saya berfikir, ada baiknya saya mengadakan wawancara dengan pemilik. Tetapi teman saya menyarankan agar saya memesan makanan terlebih dahulu setelah selesai baru melakukan wawancara. Ada yang beda dengan cara memesan makanan disini, karena kita sendiri yang mengambil lauknya. Itu yang membuat warung makan nasi kucing ini unik. Setelah selesai menikmati hidangan nasi kucing yang murah dan enak ini, saya mengadakan wawancara singkat dengan pemilik.
Berikut kutipan wawancara saya kepada pemilik warung makan ”Angkringan Nasi Kucing”
Saya : Malam Pak, maaf mengganggu. Saya ingin tanya-tanya sedikit.
Pemilik : Oh, G ko gpp. Silakan.
Saya : Boleh tahu kira-kira omset per hari yang bapak dapat berapa?
Pemilik : Oh, tergantung. Tapi biasanya sekitar 750rb-1 juta
Saya : Wah lumayan juga y Pak. Ooh iya Pak, pegawai Bapak ini dari anggota keluarga sendiri atau dari teman-teman Bapak?
Pemilik : Sebagian besar dari keluarga sendiri sisanya teman saya. Disini ada 5 pegawai, 3 orang adik saya dan 2 orang teman saya.
Saya : Klo turnover pegawai disini tinggi g pak?
Pemilik : Turnover itu apa y Mas?
Saya : Turnover itu tingkat keluar masuk pegawai Pak.
Pemilik : Oooh. G ko Alhamdulillah saya belum pernah ganti pegawai. Karena kami sudah saling kenal dekat, apalagi beberapa adalah keluarga saya sendiri. Jadi kalo ada masalah sedikit cepat terselesaikan.
Saya : Kalau Bapak dan para pegawai sendiri asal dari mana? Dari Jogja atau dari mana Pak?
Pemilik : Ooh, saya asli Solo Mas. Semua pegawai juga asli Solo. Lagipula nasi kucing memang makanan khas Jogja dan Solo.
Saya : Tempat makan ini memang sengaja di buat lesehan atau karena apa Pak?
Pemilik : Iya, saya mencoba mempertahankan ciri khas, yaitu tidak menyediakan bangku tapi dengan cara lesehan.
Saya : Mungkin Bapak berniat untuk membuka cabang?
Pemilik : Mudah-mudahan untuk ke depannya bisa buka cabang lagi.
Saya : Terima kasih banyak y Pak sudah mau menjawab pertanyaan saya. Maaf mengganggu.
Pemilik : Oh, iya sama-sama Mas. Gpp kok, laen kali mampir lagi ya.
Setelah saya mengadakan wawancara dengan pemilik warung makan ”Angkringan Nasi Kucing” saya menyimpulkan bahwa dengan omset yang lumayan tinggi turnover di warung makan ini tetap kecil karena pegawai yang di pekerjakan dalam warung makan biasanya berasal dari kalangan keluarga dan kerabat. Dan rata-rata pemilik warung makan nasi kucing berasal dari Jogja atau Solo, karena memang ini makanan khas daerah tersebut.
Comments
Post a Comment